The City of Lost Children adalah sebuah karya unik dalam sejarah industri video game yang pantas dikenang. Game ini bukan hanya sekadar adaptasi dari film Prancis berjudul sama yang rilis pada tahun 1995, tetapi juga sebuah potret menarik dari era PlayStation 1 yang penuh eksperimentasi. Dibuat oleh Psygnosis dan dikembangkan oleh Cyberdreams, game ini memperlihatkan betapa ambisiusnya para pengembang saat itu dalam menghadirkan pengalaman visual dan naratif yang tidak biasa—bahkan bisa dibilang avant-garde.
Sejarah dan Asal-usul Game The City of Lost Children
Game ini rilis pada tahun 1997 untuk PlayStation 1 dan PC, mengikuti jejak kesuksesan film The City of Lost Children karya sutradara Marc Caro dan Jean-Pierre Jeunet. Dengan latar dunia yang kelam dan penuh teka-teki, game ini mengusung nuansa steampunk, penculikan anak-anak, dan teknologi mimpi, yang membuatnya berbeda dari game lain di zamannya.
The City of Lost Children Gameplay
Gameplay yang Tidak Biasa: Mengandalkan Eksplorasi dan Logika
Tidak seperti game action-adventure lainnya, The City of Lost Children menantang pemain dengan gameplay berbasis teka-teki dan eksplorasi lingkungan. Kamu bermain sebagai Miette, seorang gadis yatim piatu yang mencoba mengungkap misteri hilangnya anak-anak di sebuah kota yang kelam dan penuh intrik.
Kontrol dan Navigasi
Game ini memiliki sistem kontrol tank-style yang mirip dengan game seperti Resident Evil generasi awal. Navigasi terasa kaku di beberapa bagian, tetapi ini sesuai dengan suasana atmosferik yang dibangun oleh desain level.
Penuh Teka-Teki Rumit
Tantangan utama datang dari puzzle yang sering kali tidak memiliki petunjuk jelas. Kamu harus berbicara dengan karakter, mencari objek tersembunyi, dan menggabungkan item untuk melangkah ke tahap berikutnya. Tidak ada sistem combat, sehingga seluruh fokus terletak pada interaksi naratif dan logika.
Desain Visual yang Sinematik dan Artistik
Game ini sukses menangkap nuansa visual dari film aslinya. Mulai dari pencahayaan redup, kabut yang membekap jalanan sempit, hingga animasi karakter yang suram—semuanya menambahkan lapisan immersive yang kuat.
Karakter seperti Krank, ilmuwan gila yang mencuri mimpi anak-anak, muncul dengan ekspresi khas, memperkuat unsur psikologis dan kegilaan dalam game ini. Meskipun grafisnya masih berbasis polygon kasar, pada zamannya visual ini terasa seperti pengalaman sinema interaktif.
Audio dan Musik: Menyatu dengan Atmosfer
Soundtrack game ini sangat minim namun tepat guna. Efek suara langkah kaki di lorong batu, pintu berderit, dan suara misterius kota tua memberikan ketegangan. Musik latarnya atmosferik dan mendalam, membuatmu tenggelam dalam rasa takut dan penasaran.
Reception: Diterima Dingin, Tapi Diingat Panjang
Saat rilis, The City of Lost Children mendapatkan respons beragam. Banyak kritikus memuji visual dan atmosfernya, namun mengkritik gameplay-nya yang dianggap terlalu membingungkan dan lambat.
- IGN menyebutkan bahwa game ini lebih cocok untuk pemain sabar yang menyukai teka-teki dan cerita atmosferik.
- GameSpot menilai desain teka-tekinya sebagai “obscure and unnecessarily punishing.”
- Namun, fans filmnya justru menganggap game ini sebagai lanjutan emosional dari pengalaman sinematik yang mereka cintai.
Referensi Budaya dan Narasi Filosofis
The City of Lost Children bukan hanya sebuah game, tetapi refleksi dari tema-tema eksistensialisme, kehilangan memori, dan pencarian identitas. Dalam ceritanya, mimpi dicuri, anak-anak dijadikan subjek eksperimen, dan kota menjadi labirin penuh kebingungan. Hal ini menunjukkan pengaruh kuat dari karya Kafka, Terry Gilliam, dan film noir Eropa.
Gameplay vs Film: Adaptasi yang Ambisius tapi Tidak Mainstream
Perbandingan Langsung
Elemen | Film | Game |
---|---|---|
Tokoh utama | One dan Miette | Miette |
Fokus cerita | Aksi dan emosi | Eksplorasi dan teka-teki |
Musik | Dramatis dan orkestra | Hening dan atmosferik |
Gaya visual | Sinematik dengan filter warna kehijauan | Dark-toned polygonal art |
Nostalgia: Sebuah Perjalanan Waktu ke Era PS1
Bagi para gamer generasi 90-an, The City of Lost Children membawa kembali kenangan ketika game tidak melulu soal tembak-menembak atau skor tinggi. Ini adalah masa ketika pengembang masih berani mengambil risiko untuk menghadirkan pengalaman yang bersifat naratif dan penuh teka-teki.
Berjalan menyusuri gang-gang kota yang redup, berbicara dengan karakter aneh, dan menyusun potongan cerita secara perlahan memberikan sensasi nostalgia yang kuat. Bukan nostalgia akan kemenangan besar, tapi tentang waktu di mana rasa ingin tahu adalah hadiah utama.
Kelebihan dan Kekurangan The City of Lost Children
Kelebihan
- Atmosfer kuat dan unik
- Narasi yang dalam dan kompleks
- Visual khas yang merefleksikan film
Kekurangan
- Kontrol kaku dan tidak responsif
- Teka-teki yang terlalu ambigu
- Kurangnya guidance untuk pemain baru
Apakah Game Ini Layak Mencobanya Kembali?
Jika kamu adalah pecinta game klasik, film Eropa art-house, atau sekadar ingin merasakan sesuatu yang berbeda dari katalog PS1 yang biasa, maka game ini adalah pilihan yang pantas kamu icoba. Meski mungkin tidak menyenangkan untuk semua orang, tapi The City of Lost Children adalah pengalaman yang akan melekat di ingatan.
Kesimpulan
The City of Lost Children adalah contoh nyata bagaimana sebuah video game bisa menjadi karya seni yang kompleks. Ia bukan sekadar hiburan cepat saji, tapi undangan untuk masuk ke dalam dunia surealis yang penuh teka-teki. Meski tidak sempurna, game ini tetap relevan untuk bernostalgia dan menjadikan inspirasi di era modern, khususnya bagi mereka yang menghargai nuansa dan kedalaman dalam bermain.
Baca Juga : Ratchet & Clank Gim Aksi-Petualangan Platformer dan Penembak